Berita
Ijasah Dilihat Calon Mertua

SALUT Majalengka
Minggu, 14 September 2025
Ijasah Dilihat Calon Mertua
Sahabat SALUT di manapun sedang berada, jaman dahulu yang namanya punya status sebagai mahasiswa itu sangat bergengsi dan dianggap sebagai orang terpandang. Kedudukannya dihormati di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Apalagi kalau kuliahnya di jurusan eksak yang gelarnya kelak insinyur maka ketika masih kuliah selalu dijuluki sebagai calon insinyur. Banyak orangtua gadis desa yang tertarik menjodohkan anaknya dengan calon tukang insinyur. Padahal belum tentu kuliahnya tuntas. Sudah dijodohkan tapi kuliahnya tidak selesai-selesai sampai jenjang pernikahan. Sudah jadi menantupun gelarnya masih calon insinyur. Sudah punya anak satupun ternyata tetap saja gelarnya calon insinyur. Banyak mahasiswa abadi jaman dahulu itu. Bukan karena otaknya tidak encer tapi kondisi perkuliahan jaman dulu sangat sulit diikuti oleh kalangan Gen Z.
Kuliah di jaman dulu memang tidak mudah seperti sekarang. Untuk keperluan belajar di jaman dulu berat dalam urusan bahan ajar atau sumber referensi. Semua mengandalkan referensi berupa buku atau karya-karya literasi lainnya yang hanya tersedia dalam bentuk manual seperti buku, majalah selingkung, surat kabar, dan ensiklopedi. Jaman dulu belum ada internet. Butuh informasi harus banyak lari ke perpustakaan. Kalau tidak ke perpustakaan ya repot. Harus membeli berbagai judul buku. Masih mending kalau punya uang cukup. Bisa beli bukunya di Gramedia Book Store. Bagi mahasiswa yang dompetnya tidak tebal maka Pasar buku di Palasari Lodaya menjadi solusi. Di sana ada banyak buku-buku seken yang masih enak dibaca.
Untuk kuliahpun di jaman dulu tak seindah yang dibayangkan. Dahulu untuk punya motor saja sangat sulit. Beli mobil atau motor di jaman dulu tidak ada yang namanya kredit. Semuanya harus cash. Jadi yang pakai motor ke kampus itu sangat sedikit. Yang pakai mobil ke kampus itu jaman dulu sudah dianggap sultan. Jalan satu-satunya untuk pergi pulang kampus itu dengan cara naik bus kota Dhamri. Naik bus kota bukan duduk di jok tapi bergelantung di pintu bus. Di dalam penuh sesak, pengap, dan tidak kuat dengan berbagai aroma tubuh. Naik bus kota ke kampus mirip orang-orang India ketika naik kereta api.
Di jaman dulu mahasiswa itu sering dicemburui oleh para pekerja kantor atau karyawan perusahaan. Kebanyakan para staf kantor di jaman dulu bukan orang kuliahan. Ingin kuliahpun harus memutuskan berhenti dulu dari pekerjaan. Namun seiring berjalannya waktu dan lulusan S1 bertambah banyak, banyak pula pekerja kantor atau perusahaan yang harus resign karena perannya digantikan oleh lulusan S1.
Jadi bisa disimpulkan bahwa tantangan dalam perkuliahan itu ada pada akses informasi, transportasi, dan faktor finansial.
Jaman dulu yang namanya kuliah itu sudah sangat istimewa. Bagaimana tidak, yang namanya mahasiswa di perguruan tinggi itu kebanyakan dari luar Jawa. Ada yang dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, NTT, dll. Mereka mengeluarkan dana orangtua untuk menuntut ilmu. Untuk biaya kost, biaya makan, dan aneka kebutuhan lainnya termasuk biaya pulang kampung setahun sekali. Ada juga yang tidak pulang kampung sejak mulai kuliah hingga lulus kuliah karena faktor biaya.
Tahun 1984, Presiden RI Soeharto melalui Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI Prof. Dr. Daoed Yoesoef membuka sistem Pendidikan jarak jauh untuk memberi solusi kepada masyarakat akan kebutuhan Pendidikan. Lahirlah Universitas Terbuka. Dahulu, UT itu diprioritaskan kepada para pegawai yang tidak sempat mengenyam bangku kuliah. Maka kebanyakannya yang daftar itu para guru SD. Sebagian besar guru SD jaman dulu itu lulusan SPG dan SGO. Biarpun belum ada internet, UT menyediakan modul kuliah untuk dipelajari dengan sistem belajar mandiri.
Dengan adanya UT sebagai universitas negeri maka kendala dalam sistem perkuliahan dapat teratasi. Akses informasi terpenuhi. Belajar sudah disediakan bukunya. Tidak perlu lagi cari cari buku. Aspek tranportasi dapat teratasi. Tidak perlu lagi bergelantungan di pintu bus kota dan naik di atap angkot. Cukup belajar di rumah. Baca buku modul yang sudah disediakan UT. Aspek finansial juga sudah teratasi dengan adanya UT. UT menyediakan sistem perkuliahan murah. Anggaran yang seharusnya untuk kost, biaya makan di tempat kost kan akhirnya bisa dialihkan untuk menabung.
Maka, dari tahun ke tahun UT berkembang pesat bahkan generasi Z sekarang ini memiliki kecenderungan memilih UT sebagai tempat kuliah. Tapi, dengan berbagai kemudahan dan fasilitas yang tersedia jangan sampai ada mahasiswa yang perkuliahannya tertunda. Para calon mertua pun jaman sekarang bisa mengecek langsung status calon menantunya di kampus. Cukup lewat WA, semua informasi tentang aktivitas perkuliahan bisa terdeteksi. Para calon mertua jaman sekarang tidak akan kecolongan. Anaknya akan dinikahkan setelah calon menantunya benar-benar jadi sarjana dan bisa memperlihatkan ijasah aslinya di hadapan calon mertua.